
Saat ini dunia telah kehilangan 64% lahan basah sejak tahun 1900
Hari Lahan Basah Sedunia diperingati setiap tanggal 2 Februari. Peringatan ini bertujuan untuk menyegarkan ingatan kita akan pentingnya manfaat lahan basah bagi kehidupan masa depan manusia.
Lahan basah atau wetland adalah setiap wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, dengan genangan air yang dangkal (baik sebagian atau keseluruhannya). Genangan tersebut dapat bersifat permanen ataupun musiman, berupa air diam ataupun mengalir, dalam bentuk air tawar, air payau, maupun air asin, serta terbentuk secara alami ataupun buatan manusia.
Namun sayangnya dari tahun ke tahun, luas lahan basah di seluruh dunia mengalami pengurangan yang signifikan. Saat ini dunia telah kehilangan 64% lahan basah sejak tahun 1900 dan sebanyak 76% populasi hewan serta tumbuhan air tawar juga telah musnah dalam 40 tahun terakhir.
Apa sih manfaat dari lahan basah terhadap masa depan manusia? Kenapa manusia ‘nyaris’ tidak dapat hidup tanpa ketersedian lahan basah? Yuk simak aja tujuh manfaat lahan basah dalam 'menyediakan' masa depan bagi kehidupan manusia.
Menyaring Air dari Limbah Berbahaya.
Aktifitas manusia menghasilkan banyak limbah berbahaya. Tidak sedikit limbah-limbah berbahaya tersebut yang kemudian tercampur ke dalam air. Akibatnya, air menjadi tidak layak untuk dikonsumsi. Lahan basah dengan berbagai macam jenis tanaman yang tumbuh di dalamnya mampu menyaring dan membersihkan air dari limbah-limbah yang berbahaya. Penyaringan air dari limbah berbahaya yang berlangsung dengan gratis.
Sumber Pakan Manusia.
Padi sebagai penghasil beras (makanan pokok miliaran orang) tumbuh di sawah. Berbagai lahan pertanian yang mengandalkan saluran irigasi. Ikan yang setiap orang mengkonsumsinya hingga rata-rata 19 kg pertahun, tumbuh dan berkembang biak di rawa-rawa, hutan bakau, hingga muara sungai. Sawah, irigasi, rawa-rawa, hutan bakau, hingga muara sungai adalah sedikit contoh kawasan lahan basah yang keberadaannya menopang ketersediaan pangan bagi manusia.
Pusat Keanekaragaman Hayati.
Lahan basah menjadi tempat hidup bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan, jumlah bahkan lebih besar dibandingkan dengan wilayah lain di muka bumi. Sedikit 100.000 spesies air tawar mendiami lahan basah. Jutaan jenis burung air (di Indonesia saja tercatat hampir 400-an spesies) tergantung pada kelestarian lahan basah. Belum termasuk berbagai jenis hewan dan tumbuhan lainnya.
Peredam Bencana Alam.
Lahan gambut, rawa-rawa, dan jenis lahan basah lainnya mampu menampung, menyerap, dan mengelola air hujan hingga tidak menjadi bencana banjir. Kemampuan menampung air hujan inipun mencegah terjadinya bencana kekeringan. Tumbuhan dalam hutan bakau mampu meredam hantaman tsunami dan abrasi akibat gelombang air laut. Lahan basah mampu berperan sebagai peredam berbagai bencana alam yang mengintai manusia.
Memerangi Perubahan Iklim.
Lahan gambut, salah satu jenis lahan basah, mampu mengikat dan menyimpan karbon (salah satu pemicu perubahan iklim) hingga 2 kali lipat dibandingkan seluruh hutan di dunia. Lahan basah di daerah pesisir seperti mangrove, mampu meredam badai dan tsunami.
Sumber Mata Pencarian.
Puluhan juta orang menggantungkan hidupnya dari perikanan yang sebagian besar terdapat di lahan basah. Berbagai jenis kayu bangunan, tanaman obat, pakan ternak dihasilkan dari lahan basah yang dikelola secara berkelanjutan dan lestari.
Tujuh manfaat ini menunjukkan betapa pentingnya lahan basah bagi kehidupan manusia, kini dan di masa depan. Hingga kita bisa membayangkan bagaimana sulitnya kehidupan mahluk di muka Bumi jika masa depan kita tanpa lahan basah. Wetlands for Our Future. Lestarikan Lahan Basah untuk Masa Depan!
Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
Aksi Social APCS; Indahnya Berbagi
Bagaimana Kita Melindungi Bumi Ini
Hari Satu Juta Pohon Sedunia
Mari Lebih Menghargai Air
Virtual Office Membantu Menghemat Biaya Bisnis dan Menjaga Lingkungan
Bahaya Kantong Plastik
HARI HUTAN INTERNASIONAL: MOMENTUM ATAS PENTINGNYA FUNGSI HUTAN
EKSISTENSI HUTAN MANGROVE
Kapuk Indonesia yang Terkenal
YONGKI IKHTIYANTO SEBAGAI MANAGING DIRECTOR APCS
PT. PANDU MAHA WANA (ASIA PACIFIC CONSULTING SOLUTIONS) SEBAGAI ANGGOTA BARU FSC®
Menyambut Policy Manager FSC® Asia Pacific Di Indonesia
Pertemuan Regional Asia Pasifik : Pedoman Pengelolaan Hutan Alam Publik yang Berkelanjutan di Negara Tropis melalui Konsesi Hutan dalam Konteks Agenda 2030
UDARA BERSIH SEMAKIN “MAHAL†KARENA KARBON, MENGAPA?
Premier Asian Event 2016 untuk Industri Pulp, Kertas, Board, Kemasan, Cetakan dan Karton
Asia-Pacific Forestry Week (APFW) 2016
TBI-APHI International Wood Trade Event 2016 “Indonesian Tropical Hardwood – Berkelanjutan, Kualitas, Bergaransi“
APCS merayakan ulang tahun yang ke-5!
Melawan Kebakaran Lahan Gambut dengan Peat FireX
Sertifikasi FSC memberikan manfaat finansial bagi bisnis hutan tropis, seperti ditunjukkan oleh laporan WWF terbaru
Penghancuran Gambut, Subsidensi Tanah dan Banjir di Asia Tenggara
APCS berpetualang!
Audit Rimba Raya Conservation 2015
Berita Terkini - Januri 2015
APCS's High Conservation Value Identification for APP: World's Largest and Most Complex Assessment